CEGAH PENYAKIT HIV / AIDS DENGAN MENGERTI, MEMAHAMI DAN MENJAUHI
Oleh :
DR. Dr. Hc. Fx. Frans E. Francois, A.Md.PD., ST.Architect., MT., IAI., MBO
DR. Dr. Hc. H. Eko Setyo Nugroho, Lc., SE., ISI., MM., IAI., MBO
DR. Dr. Hc. H. Eko Setyo Nugroho, Lc., SE., ISI., MM., IAI., MBO
Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dalam tubuh manusia. Virus HIV menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh atau sistem imun.
Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh atau sistem imun tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun atau dikenal dengan infeksi oportunistik. virus ini juga merusak otak dan sistem saraf pusat.
Seseorang yang terinfeksi HIV tidak langsung menampakkan gejalanya, sehingga orang yang terinfeksi bisa hidup normal dalam jangka waktu lima sampai sepuluh tahun untuk sampai pada stadium munculnya gejala klinis.
Hal ini merupakan salah satu penyebab penderita baru mengetahui dirinya terinfeksi HIV setelah berkembang menjadi AIDS karena penderita baru memeriksakan diri bila sudah timbul gejala-gejala klinis.
Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Kematian yang disebabkan infeksi HIV kebanyakan bukan karena infeksi virus, melainkan karena turunnya kekebalan tubuh atau sistem imun si penderita tersebut.
Orang yang terinfeksi HIV belum tentu menjadi penderita AIDS, tergantung tingkat imunitas atau kekebalan tubuh orang tersebut yang dapat dilihat melalui komponen CD4. Jika terjadi penurunan CD4 sampai kurang dari 200, orang akan makin lemah daya tahan tubuhnya dan jatuh pada kondisi AIDS.
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Kematian yang disebabkan infeksi HIV kebanyakan bukan karena infeksi virus, melainkan karena turunnya kekebalan tubuh si penderita tersebut.
Bagaimana Gejala HIV/AIDS?
- Gangguan saluran pernafasan seperti nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam).
- Gangguan saluran pencernaan seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
- Penurunan drastis berat badan. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
- Gangguan sistem saraf seperti kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat karena gangguan saraf central. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
- Gangguan pada sistem integument (jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
- Gangguan pada saluran kemih dan reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal)
Bagaimana Mengetahui Seseorang Telah Terinfeksi?
Jika hasil test HIV positif, sebaiknya penderita melakukan pemeriksaan CD4 dan viral load test. Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita Pengecekan CD4 ini penting karena setelah lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit. Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika penderita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14% maka dianggap AIDS berdasarkan definisi Depkes.
Para Penderita dapat melawan virus ini dengan menguatkan sistem imun, makanan bergizi tinggi, istrihat yang cukup dan hindari stress dan berkonsultasi ke dokter secara rutin. Menguatkan sistem imun dan menjaganya agar tetap kuat adalah sangat penting. Penyakit ini tak lagi mematikan selama penderita memahami dengan baik bagaimana cara penanganannya. Penderita bisa hidup normal dan tidak perlu merasa minder dengan keadaan yang ia alami.
TERJADINYA infeksi saat kekebalan tubuh menjadi lemah. Salah satu penyebabnya adalah oksidatif stress. Pemberian antioksidan yang sangat kuat seperti Madu Pamungkas 1.7.2.4, bermanfaat sekali bagi penderita HIV.
Seorang penemu virus HIV, Luc Montagnier, mengetahui bahwa infeksi HIV mampu menjangkiti jika sistem kekebalan tubuh tidak dalam konsisi baik, dimana salah satu penyebabnya adalah tekanan oksidasi yang berlebih (stress oksidatif). Dengan alasan itu, menurutnya, untuk mengobati penyakit ini diperlukan antioksidan alami yang bisa meningkatkan sistem kekebalan.
Banyak sekali penyebab terjadinya stress oksidatif, misalnya gizi buruk, penyakit, faktor eksogen (asap rokok, penipisan ozon, peptisida, polusi, narkoba, obat-obatan kimia, racun makanan, radiasi elektromagnetik dan lain-lain) serta faktor psikologis. Artinya orang yang mengalami depresi, sistem kekebalan tubuhnya akan menurun secara drastis, sehingga konsekwensinya adalah mudah terserang penyakit.
Hal ini tentu berlaku pula dengan AIDS. Jika sistem kekebalan dalam konsisi prima, meski seseorang terpapar HIV, dia tidak akan terinveksi. Sebaliknya, orang dengan imunodepresi (depresi kekebalan) menjadi lebih sensitif dengan infeksi dan mudah sekali terinfeksi virus. Karena itulah kita membutuhkan antioksidan untuk menangkal radikal bebas perusak sistem kekebalan tubuh.
Penyakit apapun yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan, berakibat langsung pada stress oksidatif, yang meningkatkan kecepatan produksi sejenis oksigen reaktif sekaligus menurunkan mekanisme pertahanan atau sistem kekebalan.
Radikal bebas bereaksi secara kimiawi dengan lipid, protein dan karbohidrat, serta komponen matriks ekstrasel (di luar sel), yang dapat menimbulkan kerusakan yang tak bisa normal kembali bahkan jika kerusakan menyebar akan menyebabkan kematian sel. Oleh karena itu kadar antioksidan dalam tubuh perlu ditingkatkan dengan memberikan antioksidan eksternal.
Peneliti berkebangsaan Perancis ini, Luc Montaigner, juga menambahkan dalam tulisannya di Journal of Infectious Disease (1997), bahwa ada banyak data berkenaan dengan infeksi HIV berdasarkan penelitian in vitro dan in vivo yang menunjukkan bahwa stress oksidatif berperan khusus dalam patogenesisi AIDS.
Penelitian termutakhir memperlihatkan, jumlah ROS intrasell (dalam sel) yang berlebihan pada induksi ekspresi HIV dan kematian sel disebabkan apoptosis. Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya penurunan glutathione dalam sel berinti tunggal (mononuklir) darah periferal individu, tanpa gejala gangguan metabolisme yang menyebabkan penurunan kemampuan mengatasi stress oksidatif.
Dalam patogenesis AIDS, stress oksidatif tampak sebagai satu kelainan metabolik yang jsutru mempercepat berkembangnya penyakit, baik dengan induksi apoptosis maupun replikasi virus.
Belasan tahun lalu, Montagnier mengajukan usulan untuk mengembangkan pengobatan non toksik bagi penderita HIV stadium I. Harapannya, jika sistem kekebalan tubuh bisa ditingkatkan, maka stadium asimtomasis bisa diperpanjang dan kemungkinan bisa mencegah pasien masuk ke stadium berikutnya dimana dibutuhkan terapi antriretroviral (anti penyebaran virus) yang bisa berdampak buruk dikarenakan masalah biaya, durasi pengobatan, efek samping dan resistensi (penolakan tubuh terhadap proses pengobatan).
Montaigner juga memperhatikan bahwa pengobatan pasien AIDS dengan antiretroviral, memang mengalami perbaikan sistem kekebalan. Namun begitu, masih belum optimal. Oleh karena itu memberantas virus dengan terapi pengobatan komplementer dengan tujuan meningkatkan kekebalan harus dilakukan.
Ketertarikan penulis terhadap antioksidan, membuat penulis mencari informasi sebanyak mungkin tentang sumber antioksidan alami yang baik dan besar dari penelusuran di internet. Termasuk salah satunya hasil penelitian Catalysis Laboratory di Spanyol, dimana sang peneliti Luc Montaigner dan Rene Y. Olivier, telah melakukan penelitian untuk mendaptkan informasi mendalam mengenai produk antioksidan alamiah.
Madu Herbal Pamungkas 1.7.2.4 adalah hasil rangkuman dari berbagai penelitian ilmiah tentang kehebatan khasiat madu sebagai antioksidan alami yang dikombinasikan beragam herbal penghasil antioksidan tinggi seperti habbatussauda (black cummin oil), minyak zaitun, gamat dan herbal alami lainnya. Dengan komposisi formula larutan yang didominasi madu alam hutan dari lebah liar dicampur dengan madu Arab Yaman dengan madu Kalimantan dan Sumbawa serta madu lainnya di berbagai daerah Indonesia, maka menghasilkan komposisi madu herbal yang memiliki kadar antioksidan terbaik di dunia saat ini yakni (10.000 x dari Vit E atau Vit C) dengan aktivitas biologis terbaik, yang secara otomatis sangat efektif mengobati segala macam penyakit penghasil radikal bebas baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan stress oksidatif.
Proses kinase P (fosforilasi) dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel CD4. Virus melepaskan RNA virus dan menembus ke dalam sitoplasma sel, yang kemudian ditranslasikan menjadi DNA. Suatu proses yang dimediasi oleh reverse transcriptase (enzim yang bekerja dengan membaca lingkungan sel secara terbalik). Genome virus (dalam bentuk DNA) telah masuk ke dalam genome sel. Karena virus menginfeksi sel CD4 (bagian dari sel darah putih), maka sistem kekebalan menjadi lemah. Akibatnya respon sistem kekebalan atas munculnya partikel virus dalam medium ekstraseluler (di luar sel) menjadi tidak efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar