Oleh :
R.M.H. Tatok Rusbijantono, Lc., A.Md. Engl., BSc., MBO
R.M.H. Wawan Rustanto, Lc., A.Md.Engineering., BSc.Electrical
BRM. Name Rianto, Lc., BSc
Foundation PSM Group / POPI/DE
NGO P3IDE - CCI
NGO - Foundation Lembaga Masyarakat Peduli Kualitas
R.M.H. Tatok Rusbijantono, Lc., A.Md. Engl., BSc., MBO
R.M.H. Wawan Rustanto, Lc., A.Md.Engineering., BSc.Electrical
BRM. Name Rianto, Lc., BSc
Foundation PSM Group / POPI/DE
NGO P3IDE - CCI
NGO - Foundation Lembaga Masyarakat Peduli Kualitas
Selain korban, hal lain
yang perlu di ketemukan dalam kecelakaan pesawat terbang adalah Kotak Hitam
atau dikenal dengan “Black Box”. Fungsi dari kotak hitam sendiri adalah untuk
merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air trafik
control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama
penerbangan. Walaupun dinamakan kotak hitam tetapi sesungguhnya kotak tersebut
tidak berwarna hitam melainkan berwarna jingga (oranye). (warna dicat terang
agar mendapatkan tingkat visibilitas tinggi atau istilah indonesianya menarik
perhatian). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu
mengalami kecelakaan. Kotak hitam pertama mulai muncul pada tahun 1950 dan
mulai diwajibkan pada tahun 1960-an.
Sejarah
Pada tahun 1953, David
Warren seorang Ilmuwan Aeronautical Research Laboratory (ARL) di Australia,
menggagas pembuatan sebuah alat perekam percakapan antara pilot dengan kru
selama penerbangan. Hal ini terinspirasi saat sebuah pesawat jet jatuh di India
dan tidak dapat diketahui penyebabnya.
Tahun 1957, David Warren
merampungkan prototip alat tersebut yang diberi nama ARL Flight Memory. Alat
ini mampu merekam data percakapan antara pilot dengan kru selama 4 jam. Namun
sayangnya, pihak Australia tidak berminat untuk mengembangkan alat tersebut.
Sehingga pada tahun 1958 Sekretaris United Kingdom Air Registration Board
merasa tertarik pada prototip mesin yang diciptakan oleh David Warren.
Warren beserta tim
diminta oleh pihak Inggris membawa alat tersebut untuk dikembangkan di Inggris.
Alat tersebut disempurnakan dengan pembungkus kotak yang diberi nama CSMU
(Crash Survivable Memory Unit). Kotak tersebut dari lempeng aluminium tipis,
silika dan baja tahan karat sehingga mampu bertahan dalam berbagai keadaan
ekstrim.
Alat tersebut akhirnya
laku terjual ke banyak negara untuk perlengkapan pesawat terbang, sehingga pada
tahun 1960 negara Australia merupakan negara pertama yang menerapkan bahwa
semua pesawat terbang harus memiliki Black Box.
Istilah lain Black Box
Red Egg, Istilah kotak
hitam muncul ketika selepas pertemuan mengenai perekam penerbangan komersial
pertama yang dinamai “Red Egg” karena warna dan bentuknya, seseorang
berkomentar: “Ini adalah kotak hitam yang menakjubkan”. Kotak hitam adalah
istilah yang lebih humoris dan hampir tidak pernah digunakan dalam industri
keselamatan penerbangan.[rujukan?] Perekam ini secara umum tidak berwarna
hitam, namun biasanya oranye terang (lihat gambar) karena ditujukan agar mudah
dicari dan ditemukan setelah terjadi suatu insiden.
Box-of-tricks, Asal
alternatif untuk istilah ini adalah dari terminologi RAF ketika Perang Dunia
II. Selama periode inovasi elektronik baru pada 1940-1945, benda seperti Oboe,
GEE dan H2S dipasang pada pesawat (biasanya pesawat pengebom) secara rutin. Purwarupanya
ditutupi kotak besi buatan dan dicat hitam untuk mencegah pemantulan. Setelah
beberapa waktu, barang elektronik “baru” apapun disebut sebagai “kotak trik”
(box-of-tricks) atau “kotak hitam” (black box). Ekspresi ini meluas hingga masa
penerbangan sipil setelah perang dan akhirnya penggunaan secara umum.
Bagian
Black Box
FDR
(Flight Data Recorder) berisi parameter yang berhubungan dengan semua teknis
penerbangan yang dipantau melalui beberapa sensor untuk mengetahui parameter
berikut diantaranya :
- 1. Acceleration
- 2. Airspeed
- 3. Altitude
- 4. Flap Settings
- 5. Outside Air Temperature
- 6. Cabin Temperature and Pressure
Engine Performance
CVR/VDR(Cockpit Voicer Recorder / Voice Data Recorder)
berisi tentang semua rekaman suara antara pilot, co pilot dan semua kru
penerbangan serta suara mesin, suara lainnya yang berada di dalam cockpit. Dalam
perkembangannya. FDR dan CVR tidak lagi menggunakan magnetic tape sebagai media
penyimpanan informasinya melainkan dengan menggunakan Microchip Solid State.
Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan dibandingkan dengan magnetic tape
diantaranya :
1. Solid state mampu merekam data FDR sekitar 700 parameter,
sedangkan magnetic tape hanya sekitar 100 parameter.
2. Solid state mampu merekam data CVR selama 2 jam/siklus,
sedangkan magnetic tape hanya mampu 30 menit/siklus.
Untuk dapat dianalisis, data dan FDR dan CVR dibaca dengan
mengguna-kan peralatan dan piranti lunak khusus. Di Amerika Serikat, hal ini
dilakukan di laboratorium badan keselamatan transportasi nasional (National
Transportation Safety Board/NTSB), yang memperoleh Read Out System dan Software
dan pembuat Black Box. Proses ini dapat memakan waktu mingguan bahkan
berbulan-bulan. Hasil analysis dan Black Box bukanlah satu-satunya sumber untuk
dapat menyimpulkan penyebab suatu kece-lakaan. Para penyelidik di Indonesia
yang dilaksa-nakan oleh Komite Nasional Keselamatan Trans-portasi (KNKT) harus
menggabungkan dan mengsin-kronisasikannya dengan berbagai macam temuan lainnya
untuk dapat menyimpulkan secara utuh dan komprehensif Badan Otoritas
Penerbangan Amerika Serikat,
Recorder-locations
Federal Aviation Administration (FAA) mewajibkan pesawat
terbang komersial merekam sedikitnya 11 hingga 29 parameter, tergantung dari
ukuran pesawat yang kemudian aturan ini diperbaharui pada tanggal 17 Juli 1997.
Pesawat yang dibuat sesudah tanggal 19 Agustus 2002 diwajibkan untuk memiliki
Black Box untuk merekam sedikitnya 88 parameter. Semua pesawat komersial
berbadan besar dan pesawat komersial yang lebih kecil atau milik korporasi
(perusahaan), serta pesawat pribadi diwajibkan oleh hukum untuk membawa satu
atau kedua kotak-kotak ini.
Black Box sendiri juga tahan terhadap suhu yang tinggi
sampai 1.100 C. Crash Survivable Memory Unit (CSMU) berisi papan memori
dikelilingi oleh isolasi termal baju besi dan baja yang dapat menahan dampak
kecelakaan ribuan kali gaya gravitasi dan bertahan di laut pada kedalaman
14.000 – 20.000 kaki (4,270 m-6.096 m).Selain itu untuk memudahkan pencarian
posisi (terutama pencarian di bawah air) atau black box pesawat, dilengkapi
pula underwater locator beacon yang kerjanya adalah terus-menerus memancarkan
perekam ultrasonik dan Sinyal dapat mencapai permukaan dari kedalaman 14.000ft.
Desain modern kotak hitam diatur oleh sebuah kelompok yang disebut
International Civil Aviation Organization (ICAO).
Namanya kotak hitam (black box). Tapi jangan membayangkan
kotak itu berwarna hitam seperti namanya. Warnanya justru ngejreng, oranye.
Ketika terjadi kecelakaan pesawat, kotak hitam menjadi benda yang paling dicari
untuk mencari tahu penyebab celaka.
Begitu pula ketika pesawat Sukhoi Superjet 100 - Air Asia
Flight QZ8501 yang berakhir nahas. Pencarian kotak hitam pun menjadi prioritas
selain evakuasi korban.
Penyelidikan akan membuka data yang terekam pada Flight Data
Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang dikenal dengan sebutan
kotak hitam ini. Kotak ini berisi data suara percakapan dalam kokpit.
Pita Magnetik
Menurut dokumen L-3 Communications, Wright Bersaudara selaku pengembang perdana
pesawat juga memelopori penggunaan perangkat untuk merekam rotasi
baling-baling.
Perang Dunia II meluaskan penggunaan perekam penerbangan.
Sejak itu, media rekaman kotak hitam telah berkembang untuk merekam lebih
banyak informasi tentang pesawat.
Meskipun banyak dari kotak hitam yang digunakan saat ini
menggunakan pita megnetik, alat ini kali pertama diluncurkan sekitar 1960-an.
Perusahaan penerbangan beralih ke papan memori solid pada 1990-an.
Tipe pita magnetik bekerja seperti alat perekam kaset yang
populer dulu. Pita Mylar digulung kepala elektromagnetik yang kemudian
meninggalkan data pada pita.
Kini produsen kotak hitam tidak lagi membuat tape recorder
dengan pita magnetik. Pesawat telah bertransformasi ke teknologi penggerak
zadat (solid-state).
Solid-State Drive
Menurut juru bicara produsen kotak hitam Honeywell, Ron
Crotty, teknologi perekam penggerak zadat (solid-state) lebih bisa diandalkan
dari pendahulunya, pita magnetik. Solid state menggunakan chip memori sehingga
tidak ada bagian yang harus bergerak seperti putaran pita kaset. Tanpa bagian
bergerak, perawatan lebih mudah. Risiko rusak saat kecelakaan pun menurun.
Data dari CVR dan FDR disimpan pada papan memori di bagian
dalam unit memori tahan-benturan (CSMU). CSMU merupakan kompartemen silinder
pada alat perekam. Papan memori berdiameter sekitar 4,45 cm dan tinggi 2,54 cm.
Papan memori ini memiliki kapasitas penyimpanan data digital
yang dapat mengakomodasi data audio selama 2 jam untuk CVR dan 25 jam
penerbangan untuk FDR.
Pesawat dilengkapi sensor yang mengumpulkan data. Sensor ini
mendeteksi akselerasi, kecepatan di udara, ketinggian, temperatur luar,
temperatur kabin beserta tekanannya, performa mesin, dan banyak lagi.
Perekam dengan pita magnetik bisa melacak 100 parameter,
sementara perekam solid-state bisa melacak lebih dari 700 pada pesawat yang
lebih besar.
Semua data yang dikumpulkan oleh sensor pesawat dikirim ke
unit akuisisi data penerbangan (FDAU) di bagian depan pesawat.
Perangkat ini sering ditemukan di dalam perangkat elektronik
di bawah kokpit. FDAU merupakan manajer menengah untuk keseluruhan proses
perekaman data. Unit ini membawa informasi dari sensor dan mengirimnya ke kotak
hitam.
Kedua kotak hitam didukung salah satu dari dua pembangkit
listrik yang menarik daya dari mesin pesawat. Satu generator memiliki 28 volt
sumber daya DC. Satu lagi 115 volt dan 400 Hz tenaga AC.
Menurut Direktur Teknik untuk perusahaan perekam penerbangan
L-3 Communications, Frank Dolan seperti dilansir dari Howstuffworks.com,
itulah perlengkapan standar pasokan daya pesawat.
Dalam berbagai
kecelakaan pesawat, satu-satunya yang bisa bertahan hanya unit memori
tahan-benturan (CSMU) dari perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit.
Biasanya, sisa chasis perekam dan komponen bagian dalam sudah hancur.
CSMU merupakan silinder
besar yang terpatri ke bagian data rekaman. Perangkat ini dirancang tahan panas
ekstrem, hantaman keras, dan tekanan hingga berton-ton.
Menggunakan tiga lapisan
bahan, CSMU dalam kotak hitam solid-state melindungi tumpukan papan memori yang
menyimpan informasi digital. Berikut beberapa penghalang yang melindungi
informasi berharga penerbangan:
Bungkus alumunium: ada
lapisan aluminium di sekitar tumpukan kartu memori.
Isolasi suhu tinggi:
material silika kering ini memiliki tebal 2,54 cm. Bahan ini mampu melindungi
dari temperatur tinggi. Inilah yang membuat papan memori tetap aman hingga
kebakaran setelah insiden.
Cangkang baja
anti-karat: material tahan suhu tinggi ini berisi lapisan baja tahan karat
setebal 0,64 cm. Titanium juga bisa digunakan untuk menjadi baju pelindung besi
perangkat ini.
Menurut L3
Communications, teknologi kotak hitam akan mengalami peningkatan. Pengembangan
yang telah dilaporkan akan mampu merekam video aktivitas di dalam pesawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar