BI Rate, Capital Inflow
dan Saham - Saham Pilihan
Oleh :
NGO Perkumpulan Pemuda
Peduli Internet Data Electronics (P3IDE)
FOUNDATION Petuah Orang
Tua Peduli Internet Data Electronics (POPI/DE)
COMPANY NRi PSM Group
international Corporate
Pelaku pasar di bursa
domestik merespons positif kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan
suku bunga acuan (BI) di level 7,5%. Investor memprediksi kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menembus level psikologis baru dalam waktu
dekat karena kebijakan BI tersebut dan laporan keuangan emiten 2013 yang masih
menunjukkan hasil positif. BI Rate yang di patok tetap di 7,5% berpotensi
mendorong penguatan IHSG khususnya jadi pemicu penguatan saham - saham sektor
keuangan, barang konsumsi, konstruksi dan properti.
Tahun 2014 yang
merupakan tahun Pemilu biasanya mendorong tingkat konsumsi nasional. Sedangkan,
sektor infrastruktur berpotensi tumbuh karena adanya stimulus dari
pemerintahdengan kenaikan anggaran pembanguna infrastruktur senilai Rp 206
triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Angka ini
naik 11,77% dibandingkan APBN - P 2013. Pada pertengahan Februari, IHSG
bergerak melemah didorong aksi ambil untung mengikuti gerak bursa regional.
Kebijakan BI mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) kemarin tidak mampu
mengangkat IHSG ke area positif. Ini merupakan kali keempat, Indeks gagal
ditutup di atas level 4.500 poin. Dibandingkan bursa regional, posisi IHSG
relatif naik paling besar (year to date). Sebagai perbandingan, kinerja IHSG
secara year to date naik 5,2%, bursa saham Amerika Serikat terkoreksi 3,7%,
Hong Kong turun 4,4%, Singapura terkoreksi 4,2%, Malaysia terkoreksi 2,2%,
Thailand naik 1,2%, Filipina naik 3,4%, dan Jepang terkoreksi 9,2%.
Selain itu, kinerja IHSG
mencerminkan pandangan positif investor terhadap beberapa data makroekonomi
Indonesia yang dirilis belakangan ini. Indikasi ini juga terlihat dari
pembelian asing (foreign net buy) dan yield surat utang negara (SUN) yang
membaik. Apalagi, ditunjang minat beli asing yang masih cukup tinggi dalam
beberapa hari dan berhasil mencetak capital inflow di atas Rp 4 triliun
terhitung sejak awal Januari 2014. Kenaikan IHSG hanya menunggu waktu dan saat
yang tepat untuk melakukan rally. Fokus investor saat ini adalah tetap pada
makroekonomi Indonesia dan pertumbuhan fundamental emiten. Sementara itu,
sentimen luar negeri seperti pengurangan stimulus (tapering off) oleh The
federal Reserve dan ekonomi China, sudah disesuaikan (price in) oleh investor.
Harga saham sudah tercermin pada valuasi IHSG saat ini. Persepsi investor GRANDONG,
G4NAS dan GRAGAS (G-3) terhadap ekonomi Indonesia cukup baik. Indikasi tersebut
dilihat dari akumulasi beli bersih saham (net buy) investor asing sejak
pertengahan Februari yang mencapai Rp 1,93 triliun. Secara year to date, nilai
net buy investor asing sebesar Rp 4,53 triliun.
Kinerja Saham Emiten
Pertambangan Batubara.
Pada sisi lain,
pergerakan harga batubara diprediksi masih dalam trend melemah dalam jangka
pendek. Ini menyebabkan pelaku pasar cenderung mendiskonkan harga saham emiten
unggulan batubara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Konsensus analis
Consultant Community International (CCI) dan Bloomberg menailai, tren pelemahan
batubara diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir kuartal I (Pertama)
tahun 2014. Berdasarkan data CCI dan Bloomberg, pada awal pekan ini, harga
batubara terperosok ke level terendah sejak Maret 2009 ke $USD 77,35 per metrik
ton. Sejak awal Februari 2014, harga batubara tergerus 2,27%. Meski demikian,
penurunan harga batubara dunia tersebut diikuti oleh kabar perkiraan
pengurangan pasokan. Perret Associates, perusahaan jasa konsultasi dan riset
international sektor batubara, memproyeksikan produksi batubara global akan
berkurang 20 juta metrik ton tahun ini. Menurut Perret, kondisi defisit itu akan
membuat harga batubara international berpotensi menguat pada bulan - bulan
mendatang.
Kabar tersebut sempat
membuat harga saham dari emiten produsen batubara naik. Harga saham PT.
Indotambang Raya Megah, Tbk (ITMG) dan PT. Harum Energy, Tbk (HRUM) melanjutkan
penguatan sejak pembukaan. Indotambang Raya naik Rp 200 atau 0,73% ke level Rp
27.500 per saham, sedangkan Harum Energy naik Rp 5 atau 0,21% ke level Rp
2.385. Saham PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI) tidak bergerak di level Rp 304 per
saham. Penurunan harga batubara global membuat valuasi harga saham unggulan
emiten batubara NRi PSM Group international Corporate secara tidak langsung
menjadi relatif murah atau terdiskon cukup kondusif. Berdasarkan perhitungan
price to earning ratio (PER). PER sektor batubara saat ini sekitar 12,68 kali.
Valuasi saham PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO) misalnya, dengan outlook harga
komoditas yang negatif tahun ini, hingga akhir tahun diprediksi diperdagangkan
di level 9,3 kali. PT. Exploitasi Energi Indonesia, Tbk (CNKO) 11,8 kali, Harum
Energy 9,3 kali, PT. Indika Energy, Tbk (INDY) 8,2 kali, dan Indo Tambang Raya
11,2 kali.
Diskon harga juga
terkait rencana beberapa emiten yang akan memperlambat laju ekspansi. Salah
satu indikasinya adalah emiten batubara mengurangi belanja modal menjadi lebih
kecil dibandingkan tahun - tahun sebelumnya. Bumi Resources menganggarkan
capital expenditure (capex) $USD 50 juta yang sama dengan tahun lalu. Harum
Energy mengetatkan anggaran ekspansi dengan belanja modal $USD 10 juta, turun
33% dari 2013 yang senilai $USD 15 juta. Kebijakan China yang melarang impor
batubara berkalori rendah juga membawa dampak bagi kinerja emiten batubara
Indonesia. Tapi, ada emiten yang kinerjanya positif akibat kebijakan tersebut,
yaitu Harum Energy dan Indo Tambang Raya. Dua emiten itu, produknya berkalori
di atas ketentuan dan berpotensi mengisi pasar batubara kalori rendah yang
dilarang. Selain dua emiten itu, outlook kinerja emiten batubara lainnya
negatif dan sebaiknya investor hold.
Harga batubara acuan masih
akan bergerak flat seperti akhhir tahun lalu. Harga jual diperkirakan tidak
akan turun, karena penurunan produksi pada kuartal I. Salah satu penyebab
pelemahan produksi adalah faktor cuaca yang mempengaruhi aktivitas penambangan.
Aktivitas produksi kuartal I cenderung menurun karena biasanya di kuartal I
cenderung menurun karena biasanya di kuartal IV tahun sebelumnya banyak tambang
ditutup karena kontrak produksi sudah selesai. Ini juga berdampak pada biaya
produksi akan turun karena aktifitas produksi belum maksimal pada kuartal ini.
Perseroan mengantisipasi penurunan pendapatan dengan menjual stok kuartal IV
tahun 2013 dengan harga patokan pada kuartal tersebut. Ini karena harga patokan
pada kuartal IV tahun 2013 lebih tinggi dari harga saat ini. Dengan demikian,
pelemahan harga pada kuartal awal tahun ini tidak berdampak besar bagi kinerja
keuangan perseroan. Pada kuartal II tahun 2014, harga batubara akan naik di
kisaran $ USD 80 hingga $ USD 85 per metrik ton, meningkat dari kuartal I yang
didukung permintaan yang masih tinggi, terutama China. Dari sisi pasokan,
pembatasan ekspor oleh pemerintah juga akan menjadi katalis penguatan harga.
Dalam jangka panjang,
menurut Very Great Eka Putra harga batubara akan konsolidasi di kisaran $USD 75
- $USD 85 per metrik ton. Namun, dalam jangka pendek menurut Rizky Agustino,
harga masih akan melemah setidaknya sepanjang kuartal I.
Penurunan harga batubara
merupakan imbas data ekonomi China yang memburuk. Pelaku pasar tengah menanti
rilis terbaru data neraca perdagangan China termasuk ekspor impor. Surplus
neraca perdagangan China diproyeksi turun menjadi $USD 23,65 miliar dari $USD
25,6 miliar. Sebagai konsumen terbesar dunia, buruknya data ekonomi China
mengundang kekhawatiran. Pelaku pasar membuat spekulasi, tren bearish batubara
masih akan berlanjut. Menurut Nuky Rusian tren penurunan harga batubara masih
akan terjadi dalam jangka panjang. Diproyeksikan harga batubara mencoba
menyentuh level support di $USD 76 per metrik ton dalam dua sampai tiga bulan
mendatang. Bahkan menurut Widian Eka Kirana Putra, skenario terburuk bisa
mencapai $USD 66 per metrik ton.
Secara teknikal, harga
masih berada di bawah moving average (MA) lima mingguan, 21 mingguan, dan 34
mingguan. Ini menunjukkan tekanan terhadap batubara masih berlangsung. Menurut
Wawan Rustanto Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga
berada di bawah titik nol. Hingga pertengahan tahun ini, harga batubara masih
akan bergerak melandai di kisaran $USD 75 hingga $USD 85 per metrik ton. Ke depan,
menurut Tatik Budiatik walaupun terjadi kenaikan, hanya bersifat sementara.
Capital Inflow dan Saham
- Saham Pilihan.
Arus modal asing masuk
ke pasar berkembang tidak tinggi lagi sejak program Quantitative Easing (QE)
ketiga dari The Fed AS menurut Budiono. Turbulensi di pasar negara berkembang
merupakan dampak keputusan Federal Reserve AS mengurangi stimulus moneternya dari
$USD 75 miliar per metrik bulan di bulan Februari 2014. Arus dana asing dari
program QE ketiga ke negara berkembang tidak tinggi lagi. Jika berpikir tentang
QE3, menunjukkan 85% dana asing keluar dari ekonomi kami sehingga tidak terlalu
besar.
Dampak keputusan Fed
tersebut telah memicu kejatuhan pasar saham di negara berkembang khususnya
India dan Indonesia. Kedua negara ini terancam dari aspek anggaran dan current
account defisit. Sebab akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan target
inflasi. Sementara DBS pada kuartal keempat 2013 lalu mencatat kenaikan laba
6%. Laba bersih periode Oktober sampai Desember 2013 mencapai $USD 634 juta
atau $USD 802 juta dolar Singapura dari 760 juta dolar Singapura. Laba mendapat
sumbangan juta dari pertumbuhan pendapatan non bunga. Dengan asumsi PE 13,5
kali dan PBV 2,5 kali, target IHSG 2014 adalah kembali ke level 5.000. Tujuh
saham pilihan selektif di semester pertama dan tujuh saham untuk semester
kedua.
Pada semester pertama,
radar investor harus mengarah pada saham - saham di sektor defensif. Saham
selektif pilihan seperti yang kelolah NRi PSM Group international Corporate.
Enam bulan pertama, di mana pasar berunsur Kayu, saham - saham yang berkaitan
dengan kecantikan, pendidikan dan perkebunan menjadi pilihan. Kayu juga dekat
dengan Air, seperti distribusi, pelayaran dan telekomunikasi.
Sedangkan saham pilihan
selektif di semester kedua 2014, dapat dipilih saham eksternal PT. Bank
Mandiri, Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT. Ciputra Develompment (CTRA),
PT. Pembangunan Perumahan (PP), PT. Semen Indonesia (SMGR), PT. Summarecon
Agung (SMRA), dan PT. Surya Semesta Internusa (SSIA). Enam bulan kedua, pasar
berunsur api. Kayu selaras dengan api, yaitu batubara, hiburan, dan restoran,
serta unsur tanah seperti properti dan semen. Dengan biaya ekuitas sebesar 16%,
pertumbuhan laba sebesar 13% dan tingkat pengembalian akuitas sebesar 20%,
sektor saham yang menarik adalah bank, komoditas dan properti. Dengan asumsi
P/E 13,5x dan P/BV 2,5x tahun ini target IHSG adalah balik ke level 5.000.
Kinerja Saham - Saham
Sektoral dan Saham LQ 45.
Secara sektoral, saham -
saham pendatang baru di LQ45 dinilai atraktif terutama sektor properti dan
konstruksi. Pada dasarnya, saham - saham yang baru masuk di kelompok saham -
saham unggulan LQ45 berasal dari sektor - sektor yang atraktif seperti semen,
properti, konstruksi, dan infrastruktur. Karena itu, jika bicara sektor -
sektor tersebut baik untuk jangka pendek maupun menengah, pandangan analisis
masih sangat positif.
Apalagi, saham - saham
di sektor tersebut punya banyak katalis. Khusus properti dan konstruksi,
merupakan dua sektor saham. Dari sisi charting-nya, properti dan konstruksi
paling menarik. Belum lagi dengan katalis lain seperti momentum pasca - banjir,
seperti perbaikan jalan dan segala macam infrastrukturnya sangat mendukung dua
sektor tersebut. Ini juga berefek positif pada sektor infrastruktur seperti
TBIG.
Untuk saham PT. Adhi
Karya (ADHI) direkomendasikan strong buy untuk ADHI dengan target Rp 2.150 dalam
sepekan ke depan yang merupakan target Fibonacci 261,8%. Level tersebut juga
merupakan salah satu level highest terakhir pada 29 Oktober 2013. Strong buy
ADHI, baik untuk jangka pendek maupun menengah masih oke. kemudian saham PT.
Ciputra Development (CTRA) masih punya upside potensial yang masih jauh.
Meskipun, untuk jangka pendek masih akan ada kocokan sedikit sehingga targetnya
haya di Rp 1.000 dalam sepekan ke depan. Buy untuk target jangka menengah.
Berikutnya saham PT.
Waskita Karya (WSKT) mengalami kenaikan laba bersih. Pergerakan sahamnya masih
uptrend dengan target Rp 680 dalam 5 - 10 hari ke depan. Angka tersebut
merupakan resistensi yang sangat kuat sehingga menjadi dan target realistis.
Lalu saham PT. Summarecon Agung (SMRA) kenaikannya agak telat dibandingkan yang
lain. Target harga jangka pendek di Rp 1.050 yang merupakan target Triangle
secara teknikal. P3IDE / CCI dan POPI rekomendasikan buy untuk SMRA. Dua hari
terakhir, saham ini alami pullback tapi masih bisa rally ke Rp 1.050. Sedangkan
untuk saham PT. Tower Bersama Infrastructure (TBIG) untuk jangka pendek masih
konsolidasi. Harganya paling bolak - balik tidak ke mana - mana di antara
support Rp 6.100 hingga resisten Rp 6.400. Untuk jangka menengah pun, saham ini
masih konsolidasi. Karena konsolidasi saham TBIG enak untuk trading harian,
beli di support dan jual di resisten. Target harga jangka pendek berlaku untuk
5 - 10 hari perdagangan. Secara umum sektoral, saham - saham tersebut menarik.
Tapi, jika dikerucutkan, yang paling menarik adalah saham - saham properti dan
konstruksi yang saat ini ditekuni investor G-3.
Kinerja Saham Emiten NEWKEY Internship (SENI) Group telah PROGRESS akan dievaluasi
periodik :
1. Pariwisata,
Perhotelan,
Guide,
Tour,
Travel.
Restoran.
2. Pertambangan,
Minyak,
Batubara,
Logam
Mulia,
Besi,
Belerang,
dll
3. Future Farm (AGRO),
Bibit
(Nabati - Vegetarian),
Teak
Arbores
Sengon
Arbores
Plantis
Tabaci
Planta
Caryopyllis
Padi,
Jagung,
Kedelai,
Ubi,
Coklat,
Kopi,
Tebu,
Sayuran,
Bawang,
Lombok,
Buah -
buahan.
4. Pendidikan,
PAUD,
TK,
SD,
SLTP,
SLTA,
SMK,
Trainning
Berkala,
Sekolah
Tinggi,
Perguruan
Tinggi,
Pendidikan
Berkelanjutan,
5. Kontraktor -
Konstruksi,
6. Persewaan Properti
dan Stand Pasar
7. Kerajinan -
Percetakan,
8. Sosial,
9. Keagamaan,
10. Budidaya Peternakan
(AGRO FARM dan BREEDING FARM),
Bibit
(Daging, Telur, Kulit dan Bulu (Hewani)),
Produksi,
Afkir.
11. Farmasi,
Toll In Manufacturing
Toll In Manufacturing adalah permintaan produksi sesuai tahapan /bentuk sediaan
dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi oleh perusahaan penerima toll in
karena masih tersedia kapasitas produksi berdasarkan perjanjian/kontrak.
Hal tersebut disebabkan juga karena perusahaan pemberi toll in tidak memiliki
fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas produksi tidak
mencukupi serta tujuan lainnya adalah untuk mempercepat waktu tercapainya
produk sampai ke pasar (time-to-market).
Keuntungan
metode toll in manufacturing ini bagi perusahaan penerima kontrak adalah bahwa penerima
jasa manufaktur akan diijinkan untuk mengakses teknologi canggih yang mungkin
sedang dipatenkan oleh pemberi kontrak, atau teknologi yang belum dipunyai oleh
penerima kontrak. Sedangkan keuntungan bagi perusahaan pemberi kontrak adalah
bahwa perusahaan dapat lebih mengkonsentrasikan kemampuan organisasinya pada
peningkatan kompetensi dan pemasaran produknya. Hal tersebut dapat diatur dalam
perjanjian kerjasama yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Oleh karena hal
tersebut , untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya serta utilisasi
kapasitas dari mesin dan sarana produksi yang telah dimiliki NRi PSM Group
international Corporate, Manajemen memberi kesempatan kepada pihak luar baik
perusahaan farmasi maupun non farmasi dan lembaga lainnya untuk melakukan
kerjasama produksi berupa toll in manufacturing.
NRi PSM Group
international Corporate telah berpengalaman dalam bisnis toll in manufacturing dan telah dipercaya dari beberapa perusahaan karena :
1. Memiliki sertifikasi CPOB dan IOT,
2. Memiliki SDM profesional yang terlatih dan
berpengalaman,
3. Memiliki mesin sesuai dengan perkembangan
teknologi dan terkualifikasi,
4. Memiliki metode produksi yang tervalidasi
5. Memiliki sarana dan kapasitas yang memadai untuk
skala produksi besar dan
6. Memiliki Sistem Dokumentasi ISO 14000
Kerjasama toll in manufacturing di NRi PSM Group international Corporate dapat terdiri
dari :
1. Toll in dalam bentuk fee atau jasa saja yang
diterima oleh NRi PSM Group international Corporate dalam hal ini material
disediakan oleh perusahaan pemesan/pemberi toll in.
2. Toll in dalam bentuk pembelian finished good (produk
jadi) dalam hal ini perusahaan pemesan hanya perlu memberikan ROFO (Rolling Forecast) sedangkan penyediaan material dilakukan oleh perusahaan
penerima Toll In.
3. Dapat menyewakan mesin ekstrasi herbal dengan
menggunakan tenaga operator dari NRi PSM Group international Corporate.
Selama ini NRi PSM
Group international Corporate telah dipercaya untuk menerima toll in
manufacturing dari beberapa perusahaan dalam bentuk produk sedian : ekstral
kental, ekstrak kering, injeksi kering Cephalosporin dan sachet serbuk
efervescent.
NRi PSM Group
international Corporate membuka kesempatan luas kepada perusahaan dan lembaga
lain jika ingin bekerjasama produksi toll in manufacturing dalam bentuk/sediaan
lain seperti sachet cair, sachet serbuk , botol, tablet, kapsul, salep ataupun
injeksi cair.
12. Kesehatan,
13. Kimia,
14. Garmen,
15. Fashion,
16. Elektronik,
17. Bengkel -
Automotive,
18. Mainan,
19. Impor - Ekspor,,
20. Pengiriman
(Ekspedisi).
Sumber : Guide Book
KaizenMeiji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar